kacoping
jabat tangan perkenalan tak penting bagi kami untuk menandai sebuah hubungan. sering bertemu, merasa akrab, bermain, bercerita, nakal bersama, dan bertukar kisah asmara sampai pagi menjelang, semua romantisme yang masih sangat lekat dalam benak.
sosok teman, sahabat, saudara yang tinggi, kurus, putih, rambuk keriting begitu nyata tergambar dalam pandangan saya beberapa waktu belakangan ini. satu kesan yang lekat terpendam, engkau tidak berubah.
perkembangan teknologi membuat semuanya dekat. tali silaturrahim yang bertahun-tahun putus begitu mudahnya dirajut kembali. saya harus berterima kasih kepada mark zuckerberg, pembuat situs jejaring sosial facebook. meski banyak teman-teman yang mungkin tidak ”sepaham”, tapi dalam konteks ini saya harus menyampaikan simpatiku pada pria kelahiran 14 mei 1984. menilik namanya, programer jebolan harvard, amerika, adalah seorang yahudi atheis, tapi saya harus menghargai karya yang pertama diluncurkannya pada 4 februari 2004 di asrama mahasiswa harvard.
thanks mister. berkat jaringan fb ini, saya bisa melihat sebuah foto yang sangat saya kenal. foto itu memang sengaja saya cari melalui mesin pencari dengan terlebih dahulu memasukkan nama.
ahmad sawi. dari situlah kemudian saya bisa berbincang dengan awhy, begitu saya bisa memanggilnya, hari ini, jumat (31/7/2009). beberapa waktu lalu, saya mencoba menyapa, tapi tidak pernah ada balasan. meski sebenarnya saya juga kadang sungkan menyapa karena statusnya pakai bahasa inggris terus… hehehe…
G, anakku, saya ceritakan kisah ini sebagai rekam jejak ayah meski saya harus ”mendompleng”-kannya pada cerita sahabat ayah ini.
mengenal awhy (awalnya sih awi, tapi karena lebih keren kalau ditambahkan huruf h dan huruf i diganti dengan y, maka jadilah nama itu) saat ayah masih sekolah dasar, tepatnya kelas 4 sd.
sekolah dasar kami berdekatan, ayah sekolah di sd 4 dan om awhy di sd 7, tapi itu bukan menjadi awal perkenalan kami. ayah mulai mengenal om awhy saat ayah bersekolah sore, kalau di kampung dibilang sekolah arab, sebenarnya sih madrasah ibtidaiyah (setingkat sekolah dasar) di masjid raya bone, madrasah al mahmudiyah.
bersama dengan puang sobek, tiap hari kami bersepeda ke sekolah dari rumah di jalan kawerang (rumah lama sebelum pindah ke jalan sungai limboto) ke sekolah di masjid raya di jalan masjid.
tiap hari melewati jalan itu, tentunya ayah biasa bertemu dengan teman sebaya yang berada di sekitar lokasi sekolah. Nah, disitulah ayah mengenal om awhy. kadang kalau ayah bandel, bolos sekolah sama teman-teman yang tinggal di sekitar sekolah, kadang kita ketemu dan bermain bersama. tapi, hanya sebatas mengenal wajah. tidak mengenal nama.
sekolah arab itu tidak ayah lanjutkan sampai menerima ijazah atau tamat karena pindah rumah di jalan sungai limboto jaraknya sudah cukup jauh. beda dengan sekarang yang sudah ada jalan tembus di belakang, dulunya masih harus berjalan memutar.
ayah melanjutkan sekolah ke pesantren biru atau ma’had hadits. disitulah ayah kembali bertemu dengan om awhy. pastinya kami langsung akrab. tema obrolan pastinya nyambung. dan ada satu tradisi, yang sebenarnya keliru menurut ayah, yang diberlakukan di pesantren kala itu.
kami, anak-anak yang tinggal di kota, diperlakukan khusus. tiap hari ustad di pesantren, namanya pak syarifuddin husain atau lebih dikenal dengan sapaan pak cingke, menyebut nama kami melalui micropon untuk di kontrol kehadirannya.
”daftar hudur liauladil madinah (benar apa salah yah?) awwalan, andi idchan p, ahmad sawi, …” semua nama santri yang tinggal dalam kota disebutkan satu persatu. (nama ayah selalu bergandengan dengan awhy. bahkan orang di pesantren hingga pergaulan kami selanjutnya selalu dilekatkan). katanya sebagai langkah proteksi supaya kami tidak cili (bahasa bugis) alias kabur dari pondok untuk pulang ke rumah.
begitulah setiap hari, pak cingke mengumumkan dari kantor depan dan melihat kami dari balik kaca. kami wajib unjuk tangan di depan pintu asrama. ”aena, aena…,” kata pak cingke kalau dia sudah menyebutkan nama kami dan tak juga ada yang unjuk tangan.
keisengan kami kadang muncul dengan unjuk tangan dari balik pintu. meski yang disebutkan adalah nama orang lain. yah, kadang lolos kadang tidak.
cara itu mungkin efektif mencegah kami bolos tiap sore, tapi berimbas pada eksklusifitasnya kelompok ”anak kota”. kami yang masuk dalam daftar anak kota seakan menjadi bintang diantara yang lainnya. Positifnya hubungan pertemanan saya dengan om awhy bertambah erat.
selama di pesantren, tidak pernah sekalipun ayah beda asrama dengan om awhy. dari kelas satu sampai kelas tiga. tempat tidur pun begitu, selalu berdekatan.
dalam ingatan ayah, sahabat yang satu ini memang punya ciri dan berbeda dengan yang lainnya. yah, mungkin karena anak kota, katanya, jadi dia selalu punya gaya yang khas dalam hal berpakaian. kalau bahasa sekarang sih fashionable, rapi, dan bersih dalam berpakain. lemari pakaiannya pun begitu, selalu rapi penataannya. dibandingkan dengan ranjang saya, pastinya dia punya tempat tidur jauh lebih rapi. beda dengan ayah yang memang tidak mau pusing dengan tetek bengek itu.
tidak hanya itu, hampir kanakalannya kami sama saat masih di pesantren. pernah dikasi peringatan terkhir sama-sama. tapi, kalau soal cewek, om awhy jauh lebih pengalaman. di pesantren dia sudah punya cinta monyet. kalau tidak salah namanya samsinar, kakaknya pacarnya om awhy itu kakak kelas kami, namanya rahman. ayah, mana ada.
–o0o–
untuk urusan cewek, om awhy saya harus akui dia lebih berani dibandingkan ayah. waktu sekolah di man 1 watampone, akhirnya harus ketemu lagi, dia lebih dulu punya pacar. yah, bisa dibilang, ayah akhirnya pacaran dengan bunda juga karena pengaruh dari dia. meski sebenarnya awalnya terjadi kesalahan komunikasi.
pacarnya om awhy dulu kalau namanya kasmawati. gaya pacaran yang aneh saya pikir. setiap ketemu selalu rame, yah beda pendapatlah, yah kayak anak kecil lah. sampai ayah juga kadang bingung, om awhy ini pacaran apa bukan sih. nah kalau cerita soal pacarannya bunda dengan ayah, yang saya bilang tadi salah picca, waktu kami masih kelas 1.
kami, om awhy dan ayah, kembali harus satu sekolah karena ”kecelakaan”. Meski beda kelas, saya kelas 1/1, om awhy kelas 1/5, satu kelas dengan bunda. pacarnya om awhy itu satu kelas dengan bunda dan satu geng dengan pacarnya om awhy. kami berteman atau satu geng ada beberapa orang, om awhy, ada yang namanya dodi (nama aslinya rusdi), andi mulyadi, abdul malik (masuk belakangan).
nah, awhy pacaran dengan kasmawati, dodi pacaran sukma yang juga satu geng dengan bunda saat itu. malik ada odo’-odo’ satu kelas saya namanya erni (kalo malam bisa berjam-jam nelpon dari depan rumahnya…hehehe).
ayah dan andi mul boleh dibilang masih jomblo. masih ada juga teman satu geng bunda saat itu namanya mardiana. Kalau tidak salah, mardiana saat itu juga ada pacar dari sekolah lain, tetangganya dia di jalan pallette. dari teman-teman gengnya, tinggal bunda yang belum punya pacar.
waktu itu ada acara poseni antar sekolah. bunda kala itu masuk dalam tim senam. pastinya geng saya tidak mengambil peran apa-apa karena kami memang termasuk siswa yang aneh.
dalam momen itupun terjadilah strategi aneh. rencanya kami ingin mengerjai andi mul. om awhy dan dody membuat rencana menjodohkan andu mul dengan bunda. itu rencana awal. ”andi mul itu borro sekali kalau cerita cewek. kita mau liat beng bisa tidak,” kata om awhy.
bunda saat itu bisa dibilang termasuk menonjol dari teman gengnya, pastinya selain manis, bunda juga paling pintar. kepintaran bunda memang diakui karena selalu dapat rangking satu sejak dari tsanawiyah. waktu sekolah dasar pun juga begitu. satu gengnya itu adalah teman-teman sekolah waktu tsanawiyah dulu.
perjanjian rahasia itu kemudian dieksekusi. saya sebagai eksekutor. datanglah saya menemui bunda. waktu itu saya baru saja botakin rambut yang sebelumnya gondrong. yah, sayakan tidak mengenal bunda. pertama saya adalah siswa pindahan, kedua saya memang tidak pernah bergaul dengan dia karena bunda memang pendiam.
jadilah saya mendekati bunda. targetnya adalah menjodohkan bunda dengan andi mul. dari cerita bunda saya tau kalau sebenarnya dia tidak senang dengan perilaku ayah di sekolah. selalu ribut, bikin masalah, dan penampilan seperti anak nakal. (apalagi ada guru yang selalu menjelek-jelekkan ayah sama siswa lain. beruntung saya bisa balas guru yang selalu menjelek-jelekkan saya itu. dendam anak-anak… hehehe). nah, semakin buruklah citra ayah di mata bunda.
berbagai strategi di jalankan untuk menggolkan andi mul. singkat cerita, ternyata setelah itu disampaikan sama andi mul, dia jadi ketakutan. Kenapa saya. akhirnya kami pun tertawa. kami tau sekarang, sebenarnya andi mul cuma cerita saja kalau dia takut sama cewek, cerita na ji. waktu itu, ada juga sih katanya orang yang odo’-odo bunda. namanya nanang.
akhirnya terjadilah yang namanya ”jembatan rusak”. dalam hati, saya bilang ini cewek (bunda) manis juga. cerdas lagi. kenapa bukan ayah saja yah. ayah nembak bunda. sekalipun saya tidak pernah mendengar bunda memberikan putusan kalau dia menerima saya. tapi dasar ayah tidak tau malu dan tidak mau peduli, yah ayah anggap saja bunda pacar. pastinya ayah kasi perhatian dong. akhirnya bunda luluh juga, yah dengan cara banyak pemaksaan sih, heheheh…
untuk hal ini, saya harus berterima kasih sama om awhy dan semua teman-teman, karena strategi rahasia itu, ayah bisa seperti sekarang sama bunda dan lahir G. terima kasih om awhy.
-o00-
lulus pesantren ayah harus berpisah dengan om awhy karena waktu itu ayah lanjut sekolah di makassar. belum lama di makassar karena terjadi ”insiden” ayah balik ke bone. awalnya saya mau sekolah di SMA umum. beberapa minggu ayah tidak bersekolah karena tidak ada surat pindah. karena menjelang ujian semester, akhirnya ayah bergabung dengan om awhy di MAN 1. sudah takdir kali yah? sekolah paling gampang saya masuki walau tanpa surat pindah. meski ada beberapa persyaratan, seperti mama puang, yang saat itu guru di sekolah itu, harus pindah mengajar di kelas dua karena saya tidak mau diajar sama ibu saya sendiri.
jadilah kami kembali bertemu. persahabatn semakin bertambah erat. di sekolah kami bikin gang. awalnya hanya dari sekolah kami dan terus berkembang sampai di luar sekolah. namanya waktu itu kacoping. kalau dalam istilah saat itu berarti bocah. istilah itu sempat menjadi istilah sehari-hari, jadi kami anggap familiar saja. yah, bocah badunglah istilahnya. supaya lebih keren kita pakai akronim kcf dengan padanan kata kachofing, biar lebih keren katanya.
banyak kenakalan dan kerja kreatif yang kami buat. termasuk jadi peserta pameran pembangunan di bone. sebenarnya cukup membanggakan juga, kami satu-satunya grup sekolah yang ikut pameran itu. struktur organisasi dibuat, pendanaan, dan semuanya. walau sebenarnya isi stand kami hanya pajangan lukisan dan radio tape dengan sound system seadanya.
hampir tiada hari tanpa kebersamaan. mulai pagi sama-sama di sekolah, bolos bareng, malam pun juga begitu. begadang sama-sama. sampai belajar pun sama-sama kalau musim ujian. lebih banyak ngumpul di rumah ayah belajar bersama. ayah tidak tau juga yah, dulu kok seiring sejalan antara kebandelan dan semangat belajarnya. dibilang bandel iya, karena tidak hanya berantem dengan siswa lain, dari adik kelas sampai kakak kelas, bahkan sampai guru pun diajak berkelahi. aneh memang.
waktu itu juga kami punya ketertarikan yang sama soal musik. maka jadilah kami seperti kelompok pemusik jalanan. tiap ngumpul pasti ada gitar. nyanyi-nyanyi bareng di pinggir jalan sampai subuh. pernah suatu waktu kita bikin ulang tahun kcf. lokasinya di rumah om awhy. pastinya banyak protes, tapi dasar om awhy juga tidak mau peduli, jadilah rumahnya kita sulap jadi lokasi pesta. panggung dan sound sytem lengkap. berbagai kelompok atau grup di bone kita undang. nah, disitulah pengalaman paling memalukan, dan tidak pernah terulang lagi, ayah menyanyi di atas panggung sambil main gitar. hancur banget (lebih hancur dari olga, karena dipaksa dan didaulat harus nyanyi)
pernah juga dua kali kami kemping bareng. di kessi pute, tonra, waktu itu kelompok kami masih sebatas teman sekolah dan dalam jumlah kecil dan di air terjun baruntuungge di daerah taccipi. Keberangkatan yang kedua komunitas kcf sudah semakin besar dengan anggota yang sudah ada dari luar sekolah kami. semuanya punya kesan tersendiri. dan dari situ juga telinga ayah ditindik sebagai lambang persaudaraan.
untuk kemapuan memainkan alat musik, pastinya om awhy lebih jago dari ayah. om awhy sempat melanjutkan karir (cieee) sebagai pemusik. bandnya itu sempat jadi bintang di bone, nama bandnya listrik. nanti kapan-kapan G belajar sama om awhy.
jalur yang kami tempuh pun berbeda. saya harus ke makassar melanjutkan kuliah dan om awhy jaga kandang di bone, sebagai ”selebriti”. kadang kalau saya pulang ke bone, setahun sekali saat lebaran, bangga juga saya liat om awhy, layaknya selebritis. awhy listrik. kalau tidak salah awhy sempat jadi vokalis band underground itu. ayah juga heran, kok bisa yah. padahal suara om awhy dulu, waktu masih sekolah tak bagus-bagus banget. tapi, mungkin sering latihan olah vokal kali yah.
tali silaturrahim ayah dengan om awhy semakin jarang nyambung. kiprah saya lebih banyak di makassar. kerja di makassar dan akhirnya saya juga harus meninggalkan makassar. beberapa lama tinggalkan makassar, otomatis tidak ada komunikasi. Pernah sih ketemu tahun 2005, waktu ayah pulang nikah sama bunda, tapi Cuma sebentar karena banyak kesibukan dan harus cepat balik ke batam. putus hubungan sama sekali, hingga ayah balik lagi ke makassar. tahun 2007, ayah sempat beberapa kali ketemu om awhy di bone. yah biasalah, saling menanyakan kabar dan apa aktivitas.
sekitar tahun itu juga, ayah pernah datang ke tempat kerjanya di distro di daerah panakkukang. waktu itu ayah datang bersama malik. kami sempat bercerita dan akhirnya tak ada kontak lagi. Insiden kerusakan hp membuat semua nomor teman hilang.
sebenarnya, tempat tinggal ayah, waktu ayah menulis cerita ini, dekat dari lokasi distro tempat om awhy. tempat tinggalnya juga dekat. kadang lewat, tapi tidak sempat singgah. kadang saya tunjukkan sama bunda kalau lewat di depan toko pakaian anak muda itu. tapi, tidak pernah sempat singgah.
hingga hari ini kami bisa bertegur sapa melalui jejaring sosial. ada kerinduan membuncah. akhirnya kami bisa bertegur sapa, meski sebenarnya sangat memungkinkan kami bertemu langsung. tinggal di borong, tidak lebih dari satu kilometer dari tempatnya omawhy. ayah harus meminta maaf dan mengatakan semua karena kesibukan.
obrolan di fb pun tidak berlangsung lama karena katanya om awhy harus bersiap berangkat ke luar daerah. yah, kapan-kapan lah kita ketemu sekalian saya kenalkan dengan G.
eh, om awhy, G dah punya gitar kecil lho, ajarin G main gitar yah. lagu-lagunya dewa aja, yang gampang. om awhy kan baladewa. (lagu underground nantilah belakangan)
usia kami tak lagi muda, dalam hitungan normal setengah usia ”batas” tuhan telah kami lalui. banyak cerita, banyak romantisme, banyak kenangan. saya berharap kebersamaan dalam tali persaudaraan terus berlanjut untuk generasi kita kelak. masih banyak yang belum terselesaikan.
salam dari G
om awhy, kapan G dikasi adik? cepetlah, kaya ayah, jangan terlena membujang…hehehe. pissssss…. banget-banget-banget om. (bukan bermaksud manas-manasin, tapi kalo panas juga tak masalah deh. G dah besar lho, masa nanti G bergaulnya lagi sama om awhy. main gitar bareng…hehehe)
kenapa tidak ada balasan kelulusan dari madinah
assalamu alaikum bung firdaus
saya mohon maaf karena saya kurang paham dengan komentarnya. tapi, terima kasish atas kunjungan bung firdaus ke blog ini. saya berharap, bung firdaus mendapatkan manfaat setelah berkunjung
salam hangat dari G
very compassionate read this articel..
KCF Fuckin’ Heroes…hahaha
Well, next time, kita bisa share byk lg brad…!
Dear G, Hope I’LL Be See & Teach U to play Guitar some day…
See You….