Sepeda Itu Terpakai Lagi
Indahnya Hari ini
SEPEDA punya G yang sudah sebulan menganggur, tidak terpakai, Jumat (7/11/2008), ahirnya terpakai. Sore itu, G bersepeda keliling komplek. Senang sekali dia, seakan ingin mengobati kerinduannya terhadap mainannya itu.
Yah, kemarin malam, Kamis (6/11/2008), G bersama Bunda tiba di Makassar setelah sebulan di Bone. Sebagaimana telah diceritakan sebelumnya, G ke Bone dalam rangka berlebaran dan ternyata tinggal sampai sebulan lebih. Ada banyak hal hingga G harus tinggal lama di Bone. Mama Aji yang sakit, Puang Ati pindah rumah, musibah meninggalnya adil Eca (diceritakan di bagian lain tulisan ini), dan G yang kerasan di kampung.
”Kami sudah di Maros,” SMS Bunda di HP saya. Alhamdulillah, G berangkat dari Bone bersama dengan rombongan Puang Murni dan Puang Beddu yang akan mengantar Petta Aji Tinring (kakek G, saudara Puang Etta) untuk berobat di Makassar. Katanya mau dioperasi karena menderita penyakit usus turun.
Setelah selesai pekerjaan di kantor, sekitar pukul 01.30 Wita, saya langsung meluncur pulang. G sudah tertidur.
Yah, ternyata G sudah kelihatan sangat dewasa, tertidur dengan begitu lelapnya. Beberapa saat saya melihat G dalam tidur. Pelukan dan ciuman menjadi pelampiasan kerinduam malam itu. Engkau sudah besar anakku. Besok kita main, janji saya dalam hati.
Hari Jumat memang manjadi jadual libur saya. Meski sebelumnya jatah libur itu tidak pernah saya ambil, besok jatah itu saya harus manfaatkan. Jadilah hari Jumat kemarin saya seharian bermain dengan G di rumah.
Banyak perkembangan G sekarang. Celotehnya sudah semakin banyak. Bercerita ini dan itu meski saya masih kadang kurang mengerti apa maunya. Terkadang harus meminta bantuan Bunda untuk menerjemahkan maksudnya.
Yang membuat saya kaget, G sudah semakin usil. ”Cewek, cewek,” teriak G dari teras lantai dua. Dia memanggil perempuan yang lewat di depan rumah. Dari mana pula dia belajar kata-kata itu… Wah, kayaknya sudah mulai banyak jahilnya neh…
Cuaca sore cukup bersahabat hari itu. Puang Yus (istri Puang Ile) datang ke rumah dan mengajak Bunda untuk menemaninya ke dokter. ”G nggak usah ikut. Kita di rumah saja. Nanti saya bawa main,” kata saya sama Bunda.
“Ajak dia naik sepeda,” kata Bunda. Memang itu rencana yang akan saya lakukan. Bunda berangkat dan jadilah kami berdua berain sepeda sepuasnya. Tidak henti G memainkan tombol musik yang ada di sepedanya. Kadang G turun dari sepeda untuk mengajak anak-anak tetangga yang bermain.
Menjelang magrib, G pulang. Dia terlihat sangat puas bermain. Bunda belum pulang, saat G sampai di rumah. Beberapa saat dia mencari Bunda. ”Bunda, bunda, bunda,” kata dia masuk ke kamar dan teras belakang mencari Bunda.
Setelah saya berikan penjelasan kalau Bunda keluar sebentar, alhamdulillah di terlihat mengerti. Jadilah kami kembali bermain berdua. Saya puaskan hari libur saya untuk bermain dengan G.
Tiba-tiba G masuk kamar mengambil daster yang tadi dipakai Bunda. ”Bunda, bunda, bunda,” kata G memperlihatkan daster itu kepada saya. Dia berlari ke kamar. Di atas kasur dia memeluk daster itu.
Ada kesedihan yang saya lihat di wajah G. Wajar memang karena selama ini G memang tidak pernah pisah dengan Bunda. Untuk menghilangkan kesedihanya saya ajak dia bergumul di kasus. Alhamdulillah dia bisa sejenak tidak mencari Bunda.
Bosan bermain di kasus, saya ajak dia main di teras. Dari teras lantai dua dia memperlihatkan sama saya mobil yang lewat, lampu, dan ikan di kolam tetangga. Beberapa saat kemudian, dia masuk kamar lagi mengambil daster Bunda. ”Bunda, bunda, bunda,” kata G. Beruntung G tidak pernah menangis. Dia hanya mengambil daster itu dan membawanya kepada saya.
Tidak beberapa lama kemudian Bunda dan Puang Yus pulang. ”Bunda,” teriak G dari balik pintu. Alhamdulillah, hari itu saya lihat senang sekali. Usai makan, kami berkumpul. G terlihat aktif bermain. Dorong sepeda keliling rumah, sesekali dia ”mapparenta” mendorong sepeda. Naik ke atas meja, dan banyak lagi tingkahnya.
Pukul 23.30 Wita G sudah terlihat capek. “Bunda, ayun,” kata dia minta dimasukkan dalam “kerajaannya”. G sudah ngantuk. ”Cucu,” kata dia minta susu.
G minta saya untuk mengayun. Lagu nina bobo menjadi pengantar tidur yang mebuat G terlelap. Alhamdulillah, G senang hari ini. Dia tertidur dalam mimpi indahnya.
Berkumpul bersama menjadi kebahagiaan terindah keluarga kecil kami. Besok, saya harus kembali melakoni rutinitas pekerjaan. Jumat pekan depan lagi yah kita bersepeda keliling komplek. Semoga saya bisa libur…